Cari Blog Ini

Jumat, 29 Juli 2011

PENDAKIAN LAWU 2-3 JULI 2011 by Febri Cumpleng (laporan)



Ini kisahku di Pendakian Lawu bersama teman-teman PLASSENTA, SASPALA,  KANSAS dan MDP 2-3 Juli 2011 lalu. Senang, sedih, capek, haru, jengkel, semua rasa jadi satu. Rasa itu yang kurasakan di Lawu.
Setelah banyak hal yang dilakukan, mulai dari mengurus proposal, surat izin, sampai perbekalan, akhirnya hari Sabtu, 2 Juli 2011, kami semua berangkat ke Lawu. Angkatanku, angkatan 2009 semuanya ikut, angkatan 2010 hanya ada Gluyur dan Mlengeh, sedangkan dari Saspala hanya ada Ilin. Sedangkan yang memback up kita ada Pak Sis, Pak Edy, Kang Mungan dari Kansas, ma Kang Amil dari MDP.
Rasanya seneng bisa ikut pendakian ke Lawu itu, pendakian pertamaku. Pada awalnya orang tua hampir aja nggak ngizinin aku ikut pendakian itu, alasannya sih mereka bilang fisikku belum memungkinkan untuk itu. Tapi karena keras kepalanya aku, akhirnya mereka ngalah dan aku boleh pergi. Seneng rasanya.
Pendakian itu lewat jalur Cemoro Kandangan, Karanganyar. Waktu aku denger dari Kang Amil kalau jalur ini jaraknya 12km dan banyak jurangnya, batinku langsung “wah”, tapi aku pengen sampe puncak dan itulah tantangan bagiku. Kira-kira pukul 20.30, kami mulai berangkat ke puncak. Awalnya sih jalan biasa, tapi lama kelamaan kami (para cewek) minta istirahat. Di perjalanan itu ada rasa sakit di kakiku, sampai akhirnya aku terfikir, apa aku bisa sampai puncak? Pertanyaan yang sungguh bikin mentalku down. Sekitar pukul 22.00 sampai pos 1. Istirahat sebentar, lalu kami lanjutin perjalanan ke pos 2. Di perjalanan itu aku denger motivasi dari Pak Sis. Intinya, perasaan sakit fisik itu bisa dikalahkan dengan kuatnya keinginan kita. Dan itu benar. Mulai dari itu, aku berusaha ngilangin perasaan itu. Kira-kira pukul 00.00 kami sampai di pos 2. Di pos 2 kami ngecamp. Rencananya sih cuma 30 menit, tapi jadi 2 jam. Setelah itu kami lanjutin perjalanan ke pos 3 yang jaraknya begitu jauh. Tapi di perjalanan kami melihat pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya. Indah banget deh. Kami bisa melihat suasana kota Solo dari lereng Lawu pada malam hari. Berasa melihat bintang di permukaan bumi. Antara pos 2 ke pos 3 ada sebuah pos bayangan. Lama berjalan, Pak Sis memutuskan ngecamp di bawah pos 3, sedangkan kami semua tetap jalan ke pos 3. Kami sampai di pos 3 waktu subuh, terus ngecamp ishoma. Setelah Pak Sis datang, sekitar pukul 07.00, kami melanjutkan perjalanan ke pos 4 dan ke puncak, tapi Kang Mungan ma Jentit tetep di pos 3 karena sakit. Ada 3 puncak bayangan dari pos 3 ke puncak. Pas di puncak bayangan ke-3, Pak Sis bilang kalau kami sampai puncak, kami dapet KTA. Dan ternyata, kami sampai puncak Hargo Dumilah pukul 10.15. Di puncak kami ketemu Kang Rewo dan Kang Sukris yang nyusul lewat jalur Cemoro Sewu, Magetan.
Satu jam di puncak, kami turun ke pos 3. Ngecamp di pos 3 sampai pukul 13.00 lalu kami turun. Di tengah jalan, kakiku sakit lagi, aku tukeran tas sama Pak Edy. Akhirnya, aku, Pak Edy, Pak Sis, Kang Amil, Kang Mungan, dan Kang Rewo jadi kelompok yang terakhir sampe basecamp gara-gara aku tuh. Itu kisahku.
Kalau ditanya, apa yang kamu dapet? Jawabanku adalah pengalaman berharga. Capek memang, mahal memang, tapi aku dapet lebih. Yang pasti, aku semakin mengenal diriku, egoisku, keras kepalaku, kelemahanku, kekuatanku, dan lainnya. Aku semakin mengenal karakter teman-teman, yang kuat, yang egois, yang manja, yang gokil, dan lainnya. Aku semakin mengerti arti kekeluargaan. Nggak banyak yang bisa aku katakan tentang semua itu, semua nggak bisa dikatakan secara lisan maupun tertulis, hanya aku bisa merasakannya.
Kalau ditanya, siapa dan apa yang bikin kamu sampai puncak? Jawabanku adalah diriku sendiri dan semangat dari teman-teman. Awalnya aku nggak yakin bisa sampai puncak, tapi Pak Sis uda ngasih aku motivasi, lalu aku lihat perjuangan teman-teman, mereka berjuang menuju puncak. Kalau mereka bisa, kenapa aku tidak. Itu jawabanku untuk siapa. Dan jawabanku untuk apa adalah restu orang tua dan janjiku pada dua orang yang berarti bagiku. Aku janji, aku akan sampai puncak.
Pendakian itu bagiku seperti gambaran hidup. Berusaha untuk mencapai puncak gunung, pasti banyak rintangannya. Begitu pula perjalanan hidup untuk mencapai puncak kehidupan. Ntah apapun itu puncak kehidupan yang akan dicapai, tapi itu pasti memerlukan perjuangan yang nggak semudah membalik telapak tangan. Dan dalam pikiranku, aku akan terus berjuang untuk mencapai puncak itu suatu hari nanti. Sama seperti perjuanganku mencapai puncak gunung Lawu, kalau aku berusaha dan berjuang pasti aku akan bisa.
Pendakian itu seperti perjalanan hidup manusia. Dari lahir, sampai puncak kehidupan, lalu kembali lagi ke asal. Dan itu menunjukkan betapa agungnya sang Pencipta. Kalau kita di gunung sekecil itu, apa lagi kita di mata sang Pencipta.
Ntah bagaimana orang lain memlukiskan pendakian itu, tapi bagiku, aku seneng bisa mencapai puncak. Aku seneng bisa menepati janjiku, aku seneng bisa merasakan kebersamaan dan kekeluargaan di gunung bersama teman-teman pecinta alam.
Pengalaman itu kuharap tidak sebatas sampai Lawu saja, aku berharap ada pengalaman-pengalaman lain yang bisa lebih menempa mental dan pribadiku menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya pengalaman sebagai Pecinta Alam, tapi juga sebagai bagian dari masyarakat luas.
Yang pasti, alam adalah sebuah karya seni paling indah dari sang Pencipta. Dan tugas kita, manusia sebagai khalifah di bumi untuk menjaganya.