Cari Blog Ini

Jumat, 29 Juli 2011

PENDAKIAN LAWU 2-3 JULI 2011 by Febri Cumpleng (laporan)



Ini kisahku di Pendakian Lawu bersama teman-teman PLASSENTA, SASPALA,  KANSAS dan MDP 2-3 Juli 2011 lalu. Senang, sedih, capek, haru, jengkel, semua rasa jadi satu. Rasa itu yang kurasakan di Lawu.
Setelah banyak hal yang dilakukan, mulai dari mengurus proposal, surat izin, sampai perbekalan, akhirnya hari Sabtu, 2 Juli 2011, kami semua berangkat ke Lawu. Angkatanku, angkatan 2009 semuanya ikut, angkatan 2010 hanya ada Gluyur dan Mlengeh, sedangkan dari Saspala hanya ada Ilin. Sedangkan yang memback up kita ada Pak Sis, Pak Edy, Kang Mungan dari Kansas, ma Kang Amil dari MDP.
Rasanya seneng bisa ikut pendakian ke Lawu itu, pendakian pertamaku. Pada awalnya orang tua hampir aja nggak ngizinin aku ikut pendakian itu, alasannya sih mereka bilang fisikku belum memungkinkan untuk itu. Tapi karena keras kepalanya aku, akhirnya mereka ngalah dan aku boleh pergi. Seneng rasanya.
Pendakian itu lewat jalur Cemoro Kandangan, Karanganyar. Waktu aku denger dari Kang Amil kalau jalur ini jaraknya 12km dan banyak jurangnya, batinku langsung “wah”, tapi aku pengen sampe puncak dan itulah tantangan bagiku. Kira-kira pukul 20.30, kami mulai berangkat ke puncak. Awalnya sih jalan biasa, tapi lama kelamaan kami (para cewek) minta istirahat. Di perjalanan itu ada rasa sakit di kakiku, sampai akhirnya aku terfikir, apa aku bisa sampai puncak? Pertanyaan yang sungguh bikin mentalku down. Sekitar pukul 22.00 sampai pos 1. Istirahat sebentar, lalu kami lanjutin perjalanan ke pos 2. Di perjalanan itu aku denger motivasi dari Pak Sis. Intinya, perasaan sakit fisik itu bisa dikalahkan dengan kuatnya keinginan kita. Dan itu benar. Mulai dari itu, aku berusaha ngilangin perasaan itu. Kira-kira pukul 00.00 kami sampai di pos 2. Di pos 2 kami ngecamp. Rencananya sih cuma 30 menit, tapi jadi 2 jam. Setelah itu kami lanjutin perjalanan ke pos 3 yang jaraknya begitu jauh. Tapi di perjalanan kami melihat pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya. Indah banget deh. Kami bisa melihat suasana kota Solo dari lereng Lawu pada malam hari. Berasa melihat bintang di permukaan bumi. Antara pos 2 ke pos 3 ada sebuah pos bayangan. Lama berjalan, Pak Sis memutuskan ngecamp di bawah pos 3, sedangkan kami semua tetap jalan ke pos 3. Kami sampai di pos 3 waktu subuh, terus ngecamp ishoma. Setelah Pak Sis datang, sekitar pukul 07.00, kami melanjutkan perjalanan ke pos 4 dan ke puncak, tapi Kang Mungan ma Jentit tetep di pos 3 karena sakit. Ada 3 puncak bayangan dari pos 3 ke puncak. Pas di puncak bayangan ke-3, Pak Sis bilang kalau kami sampai puncak, kami dapet KTA. Dan ternyata, kami sampai puncak Hargo Dumilah pukul 10.15. Di puncak kami ketemu Kang Rewo dan Kang Sukris yang nyusul lewat jalur Cemoro Sewu, Magetan.
Satu jam di puncak, kami turun ke pos 3. Ngecamp di pos 3 sampai pukul 13.00 lalu kami turun. Di tengah jalan, kakiku sakit lagi, aku tukeran tas sama Pak Edy. Akhirnya, aku, Pak Edy, Pak Sis, Kang Amil, Kang Mungan, dan Kang Rewo jadi kelompok yang terakhir sampe basecamp gara-gara aku tuh. Itu kisahku.
Kalau ditanya, apa yang kamu dapet? Jawabanku adalah pengalaman berharga. Capek memang, mahal memang, tapi aku dapet lebih. Yang pasti, aku semakin mengenal diriku, egoisku, keras kepalaku, kelemahanku, kekuatanku, dan lainnya. Aku semakin mengenal karakter teman-teman, yang kuat, yang egois, yang manja, yang gokil, dan lainnya. Aku semakin mengerti arti kekeluargaan. Nggak banyak yang bisa aku katakan tentang semua itu, semua nggak bisa dikatakan secara lisan maupun tertulis, hanya aku bisa merasakannya.
Kalau ditanya, siapa dan apa yang bikin kamu sampai puncak? Jawabanku adalah diriku sendiri dan semangat dari teman-teman. Awalnya aku nggak yakin bisa sampai puncak, tapi Pak Sis uda ngasih aku motivasi, lalu aku lihat perjuangan teman-teman, mereka berjuang menuju puncak. Kalau mereka bisa, kenapa aku tidak. Itu jawabanku untuk siapa. Dan jawabanku untuk apa adalah restu orang tua dan janjiku pada dua orang yang berarti bagiku. Aku janji, aku akan sampai puncak.
Pendakian itu bagiku seperti gambaran hidup. Berusaha untuk mencapai puncak gunung, pasti banyak rintangannya. Begitu pula perjalanan hidup untuk mencapai puncak kehidupan. Ntah apapun itu puncak kehidupan yang akan dicapai, tapi itu pasti memerlukan perjuangan yang nggak semudah membalik telapak tangan. Dan dalam pikiranku, aku akan terus berjuang untuk mencapai puncak itu suatu hari nanti. Sama seperti perjuanganku mencapai puncak gunung Lawu, kalau aku berusaha dan berjuang pasti aku akan bisa.
Pendakian itu seperti perjalanan hidup manusia. Dari lahir, sampai puncak kehidupan, lalu kembali lagi ke asal. Dan itu menunjukkan betapa agungnya sang Pencipta. Kalau kita di gunung sekecil itu, apa lagi kita di mata sang Pencipta.
Ntah bagaimana orang lain memlukiskan pendakian itu, tapi bagiku, aku seneng bisa mencapai puncak. Aku seneng bisa menepati janjiku, aku seneng bisa merasakan kebersamaan dan kekeluargaan di gunung bersama teman-teman pecinta alam.
Pengalaman itu kuharap tidak sebatas sampai Lawu saja, aku berharap ada pengalaman-pengalaman lain yang bisa lebih menempa mental dan pribadiku menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya pengalaman sebagai Pecinta Alam, tapi juga sebagai bagian dari masyarakat luas.
Yang pasti, alam adalah sebuah karya seni paling indah dari sang Pencipta. Dan tugas kita, manusia sebagai khalifah di bumi untuk menjaganya.

Jumat, 10 Juni 2011

Tuhan-lah Penakhluk Alam

terkadang tanpa sadar banyak orang mengatakan bahwa mereka adalah pecinta alam. suka melakukan pendakian, penjelajahan, dan sebagainya. hingga tanpa sadar mereka mengatakan bahwa mereka bisa MENAHKLUKKAN ALAM. padahal hal itu salah besar. alam tidak dapat ditakhlukan karena pada hakikatnya hanyalah TUHAN yang bisa menakhlukkannya. kita sebagai manusia hanya bisa mensiasatinya. itu pun sebenarnya sulit. sebagai contoh, peristiwa meletusnya merapi yang menyebabkan meninggalnya juru kunci kondang mbah maridjan. mereka yang mengikuti mbah maridjan menyepelekan keagungan alam. mereka percaya jika mereka akan terhindar dari bahaya jika mengikuti mbah maridjan.
kawan, sebagai pecinta alam harusnya kita sadar. kita nggak boleh sombong dengan mengatakan kita bisa menakhlukkan alam. kita harus selalu percaya hanya TUHAN yang bisa dan kita hanya bisa berusaha dan berserah diri pada-NYA.

Rabu, 04 Mei 2011

lirik lagu MAHAMERU by DEWA 19

Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut `Ranu Kumbolo`

Menatap jalan setapak
Bertanya-tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada`
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa

Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada`
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa

Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada`
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa

Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada`
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa 

Kamis, 31 Maret 2011

logo kami


ini adalah logo pecinta alam yang kami pakai sebagai penanda organisasi Pecinta Alam SMA Sentolo. logo kami terdiri dari gambar mata angin, elang, lingkaran, dan warna merah, putih, biru.
arti dari tiap bagian logo kami sendiri adalah :
1. mata angin : menunjukkan bahwa kami memiliki arah tujuan yang jelas
2. elang : menunjukkan kami adalah pertualang yang tangguh
3. merah dan putih : warna dari bendera kebanggaan Indonesia yang memiliki arti pemberani dan suci
4. biru : melambangkan air yg merupakan sumber kehidupan dan memberikan kesejukan
5. lingkaran : menunjukkan hubungan yang tak kan pernah terputus
dan kami berharap, kami dapat menjadi apa yang menjadi arti dari logo kami.

Rabu, 23 Maret 2011

KODE ETIK PECINTA ALAM


Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia, sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, Bangsa, dan Tanah Air
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa Pecinta Alam adalah sebagian dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Yang Maha Kuasa
Sesuai dengan hakekat diatas, kami dengan kesadaran menyatakan :
1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.
3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah air.
4. Menghormati Tata Kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara Pecinta Alam sesuai dengan Azas Pecinta Alam.
6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
7. Selesai.

Disyahkan dalam :
Forum Gladian Nasional ke-4
Ujung Pandang, 1974

Selasa, 15 Maret 2011

SUSUR PANTAI

hari Senin 14 maret 2011 lalu, kami pergi untuk refreshing di Pantai Kuwaru di Srandakan, Bantul.
saat kami sedang asik main ombak dan bercanda, kami ketemu dengan beberapa anak-anak pecinta alam dari Klaten yang sedang ngadain kegiatan susur pantai.
di sini aku gag akan menceritakan tentang pengalaman kami ketemu ma anak-anak pecinta alam itu, tapi aku ingin memberikan penjelasan singkat tentang susur pantai.


Susur Pantai adalah salah satu kegiatan hikking yang tidak kalah menarik. Biasanya susur pantai dilakukan untuk meneliti seberapa parah abrasi yang terjadi di wilayah pantai, atau juga dilakukan untuk meneliti keadaan flora dan fauna yang terdapat di daerah pantai. Selain itu susur pantai juga dilakukan sebagai salah satu bentuk aplikasi long march / jalan jauh yang sudah dilakukan oleh komunitas Mapalhid.
Susur Pantai tidak kalah menantang dengan kegiatan out door lainnya seperti mountaineering. Yang membedakannya antara lain medannya; gunung / dataran tinggi, dan laut / pantai / dataran rendah; Tingkat kesulitan, sebenarnya sama-sama sulit akan tetapi dalam susur pantai lebih dibutuhkan kemampuan untuk berenang , selain itu dibutuhkan pengetahuan tentang kelautan seperti besar / kecilnya laju angin, arah angin, waktu (berkaitan dengan saat pasang naik dan pasang surut), dan P3K.

Minggu, 27 Februari 2011

MOUNTAINEERING


Jenis-Jenis Pendakian
Mountaineering atau pendakian gunung adalah sebuah olah raga yang memerlukan kekuatan fisik dan mental serta persiapan yang matang. Sebelum melakukan mountaineering perlu diadakan perencanaan perjalanan atau manajemen waktu.
Mountaineering dapat dibagi sebagai berikut :
1.       Hill Walking / Feel Walking
Yaitu Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai. Tidak membutuhkan peralatan teknis pendakian. Perjalanan ini dapat memakan waktu sampai beberapa hari.
2.       Scarmbling
 Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak begitu terjal. Tangan kadang-kadang dipergunakan hanya untuk keseimbangan.
3.       Climbing
Umumnya tidak memakan waktu lebih dari 1 hari. Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki dan penguasaan pemakaian peralatan. Bentuk climbing ada 2 macam, yaitu :
a.       Rock Climbing
pendakian pada tebing-tebing batau atau dinding karang. Jenis pendakian ini yang umumnya ada di daerah tropis.
b.      Snow and Ice Climbing
Pendakian pada es dan salju. Pada pendakian ini, peralatan-peralatan khusus sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampton, dll.
Teknik Dasar Pendakian / Rock Climbing
Teknik Mendaki yang dapat dilakukan antara lain dengan cara :
1.       Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing di mana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Lebih baik konsentrasikan berat badan pada tumpuan kaki.

2.       Friction / Slab Climbing
Dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Teknik ini mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.

3.       Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut.
·         Jamming, yaitu teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.

·         Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.

·         Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.

·         Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.
Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
·         Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.
·         Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
·         Atrificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.

System Pendakian
1.       Himalaya Sytle
Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakian-pendakian ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh team, berarti pendakian itu sudah berhasil untuk seluruh team.
2.       Alpine Style
Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil. Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karena para pendaki tidak perlu lagi kembali ke base camp (bila kemalaman bias membuat fly camp baru, dan esoknya dilanjutkan kembali).
Teknik Turun / Rapling
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang sepenuhnya bergantung dari peralatan. Prinsip rapling adalah sebagai berikut :
1.       Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2.       Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
3.       Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan.
Macam-macam dan Variasi Teknik Rapling
1.       Body Rappel
Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang terkena gesekan akan terasa panas.
2.       Brakebar Rappel
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali, dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah descender (figure of 8). Pemakaiannya hampir serupa, dimana gaya gesek diberikan pada descender atau brakebar.
3.       Sling Rappel
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang digunakan adalah jenis Italian hitch.
4.       Arm Rappel
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.
Dalam rapling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :
1.       Periksa dahulu anchornya.
2.       Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
3.       Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai ke bawah (ke tanah).
4.       Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga dapat melihat lintasan yang ada.
5.       Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.

Peralatan Pendakian
1.       Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu:
·         Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
·         Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).
2.       Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
·         Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
·         Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
3.       Sling
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
·         sebagai penghubung
·         membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
·         Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
·         Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4.       Descender/figure eight
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.
5.       Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
6.       Harnes / Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :
·         Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
·         Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang dibuat dengan webbing atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
7.       Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
·         Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
·         Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8.       Anchor (Jangkar)
Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :
·         Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
·         Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.
Prosedur Pendakian
Tahapan-tahapan dalam suatu pendakian hendaknya dimulai dari langkah-langkah sebagai berikut
1.       Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2.       Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
a.       Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudah untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b.      Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan leader bila jatug. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
3.       Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pendakian.
4.       Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus memasang achor.
5.       Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.

Sabtu, 19 Februari 2011

Rafting

Rafting atau arum jerang merupakan kegiatan mengarungi sungai memakai perahu karet dengan awak 2 orang atau lebih.olahraga ini mengandalkan kekuatan mendayung.setiap kapal,dibutuhkan 1 orang pemandu.
Di Indonesia,olahraga ini diperkenalkan sejak tahun 1970an.saat itu hanya para Pecinta Alam yang mengenal olahraga ini.baru pada tahun 1980an,olahraga ini mulai diperkenalkan ke masyarakat umum.
Sejak diperkenalkan,olahraga ini langsung terkenal.ini disebabkan kondisi alam Indonesia dengan banyak sungai yang cukup menantang dan pengalaman yang didapatkan jaid banyak.

Olahraga ini tidak hanya menawarkan kesehatan,tapi juga kegiatan wisata yang menyenangkan.untuk kegiatan wisata,biasanya digunakan sungai2 dengan tingkat kesulitan II dan III.

Minggu, 30 Januari 2011

perlengkapan pendaki gunung

buat para pendaki gunung, ini ada daftar perlengkapan pendakian yang bisa dipake...
A. Perlengkapan Utama
  1. Sepatu dan kaus kaki.
  2. Ransel (frame pack, ukuran besar, 30 - 60 liter).
  3. One day pack (ransel/tas kecil untuk perjalanan jarak pendek).
  4. Senter dan batere dan bohlam ekstra.
  5. Ponco atau raincoat.
  6. Matras.
  7. Sleeping bag (atau sarung kalau tidak punya).
  8. Topi rimba.
  9. Tempat minum atau veples.
  10. Korek api dalam wadah waterproof (tempat film) dan lilin.
  11. Obat-obatan pribadi (P3K set).
  12. Pisau saku.
  13. Kompor untuk masak, lebih baik ukuran kecil. (misal kompor parafin, kompor spiritus)
  14. Nesting, sendok dan, gelas atau cangkir.
  15. Peluit
  16. (Survival Kit).
  17. Peta dan kompas.
  18. Altimeter (kalau punya).
  19. Tenda (bisa diganti ponco atau lembaran kain parasut untuk dijadikan bivak).
  20. Parang tebas dan batu asah.
  21. Tissue gulung (untuk membersihkan perangkat makan-minum bila tidak ada air, dan alat bersih diri habis buang air besar).
  22. Sandal jepit.
  23. Gaiter (untuk pendakian di daerah yang banyak pasirnya).
  24. Kaus tangan.
  25. Personal higiene: sikat gigi, odol, sabun mandi, shampo (untuk membersihkan diri saat di desa terakhir, atau saat dalam perjalanan bertemu dengan sungai yang bisa untuk bersih-bersih diri).
  26. Tali plastik (sekitar 10 meter, untuk membuat bivak atau tenda)
B. Pakaian
  1. Pakaian dalam.
  2. Celana pendek.
  3. Celana panjang.
  4. Kaos/t-shirt.
  5. Sweater atau parka.
  6. Jaket (tahan air).
  7. Sarung.
  8. Kerpus atau balaclava.
  9. Scarf atau slayer.
  10. Pakaian ganti: kaus kaki, kaos, sweater, pakaian dalam.
  11. Kaus tangan.
  12. Jas hujan (raincoat atau ponco).
C. First Aid Kit
  1. Betadine.
  2. Kapas.
  3. Kain kassa.
  4. Perban.
  5. Rivanol.
  6. Alkohol 70%.
  7. Obat alergi: CTM.
  8. Obat maag.
  9. Plaster luka.
  10. Paracetamol
  11. Obat sakit perut (diare): Norit, Diatab
  12. Obat keracunan: Norit.
  13. Sunburn preventif
  14. Oralit (larutan gula-garam).
D. Survival Kit
  1. Kaca cermin.
  2. Peniti.
  3. Jarum jahit.
  4. Benang nilon.
  5. Mata pancing dan senar pancing.
  6. Silet atau cutter.
  7. Korek api dalam wadah water proof dan lilin.
E. Lain-Lain
  1. KTP atau Kartu Pelajar
  2. Uang
  3. Buku catatan perjalanan (jurnal, diary) dan bolpen.
  4. Alat komunikasi (HT/HP)
  5. Alat untuk hiburan (radio,alat musik, tapi jika perlu aja).